Sabtu, 27 Desember 2014

Sejarah Kesuksesan Pocary Sweat

15.22


Berikut ini cerita tentang kesuksesan produk yang sangat populer di Jepang dan di Indonesia, yaitu minuman kesehatan POCARI SWEAT
Di Pabrik Otsuka Pharmaceutical yang terletak di Tokushima Jepang, Masahito Otsuka (Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical ke-2) telah menciptakan beberapa produk terkenal seperti obat oles Oronine H atau minuman Oronamin C, sehingga perusahaan menjadi sangat maju.
Pada tahun 1973, Akihiko Otsuka (35th,anak dari Masahito Otsuka) yang pada saat itu menjabat sebagai kepala pabrik Tokushima juga berkeinginan untuk menciptakan produk yang dapat menjadi pilar perusahaan seperti yang telah dilakukan ayahnya.
Suatu hari, Rokuro Harima (44th, Penanggung jawab pengembangan minuman) dengan membawa cairan infus produksi Otsuka Pharmaceutical, menghadap Akihiko dan mengusulkan agar cairan infus yang dibawanya itu dijadikan minuman. Akihiko terheran sejenak. Lalu Harima menceritakan kisahnya mengapa dia mengusulkan agar cairan infus dijadikan minuman.
“Harima mengunjungi Mexico untuk survei buah – buahan tropis dalam rangka pengembangan minuman terbaru. Tetapi Harima mengalami diare parah, karena situasi pengadaan air bersih setempat cukup buruk. Dia terpaksa di obname di sebuah rumah sakit kecil yang fasilitasnya terbatas. Kalau saja ada fasilitas infus di rumah sakit itu, masalahnya sudah selesai. Harima yang berpikiran seperti itu, tiba – tiba teringat kembali sebuah peristiwa. Harima pernah melihat seorang dokter meminum cairan infus untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang setelah operasi berjam – jam. Kemudian Harima berpikiran bahwa Otsuka Pharmaceutical bisa mengembangkan cairan infus yang di produksi oleh Otsuka Pharmaceutical agar dapat diminum.
Setelah Harima menceritakan kisahnya tersebut, Akihiko berpendapat bahwa saat itu belum merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan produk seperti yang diceritakan Harima.
Tiga tahun kemudian (1976), Akihiko menjadi Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical yang ke-3 pada usia 38 tahun. Suatu hari Harima mendatangi Akihiko dengan membawa seorang staf. Staf itu adalah Akihisa Takaichi (33th, Seorang peneliti muda). Akihiko memanggil mereka berdua agar Harima & Takaichi mengembangkan cairan infus yang pernah Harima ceritakan. Akihiko berkeinginan untuk menciptakan minuman kesehatan yang komposisinya sama dengan keringat sehingga menambah elektrolit. Lalu konsep rasapun disampaikan secara jelas, agar saat diminum enak di tenggorokan.
Setelah selesai menghadap Akihiko, Harima menyerahkan semua tugas pengembangan minuman kesehatan tersebut kepada Takaichi agar dapat membina peneliti muda tersebut agar dapat memikul masa depan perusahaan.
Kemudian untuk memahami keringat itu apa, Takaichi pergi ke sebuah sauna dan berjalan – jalan disekitar perusahaan untuk mengambil sampel keringat. Takaichi mengadakan analisa tentang komposisi kedua sampel keringat tersebut. Takaichi ingin memeriksa konsentrasi Ion Natrium (kadar garam) yang menjadi sebab asinnya keringat. Hasilnya, nilai konsentrasi kadar garam sampel keringat di sauna jauh lebih tinggi dibandingkan nilai konsentrasi keringat saat berjalan – jalan. Sedangkan minuman yang ingin diciptakan adalah  minuman untuk menambah kadar air tubuh dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu, Takaichi mengambil patokan pada keringat konsentrasi dengan konsentrasi kadar garam yang rendah.
Takaichi langsung membuat minuman uji coba, dengan persis mengikuti komposisi keringat saat berjalan – jalan. Minuman itu lalu dibawa ke Harima untuk dicicipi. Tetapi Harima beranggapan bahwa minuman yang dibuat Takaichi tersebut pahit dan sangat sulit untuk ditelan. Sebagai ahli rasa, Harima bisa bisa mentukan diterima atau tidaknya produk oleh konsumen walaupun hanya secicipan.
Dari pagi hingga malam, masalah penelitian tak pernah terlepas dari pikiran Takaichi. Pada hari libur pun, Takaichi melakukan penelitian. Dan akhirnya terlintas ide dengan menambah zat pemanis alami untuk menghilangkan rasa pahitnya. Harimapun mencicipi minuman tersebut, dan mengatakan bahwa rasanya masih terlalu manis dan keseimbangan rasanya tidak tepat. Kadar gulanyapun harus dibawah 10%. Takaichipun kembali melakukan penelitian. Dalam penelitiannya, Takaichi mengalami maju mundur.
Hampir 3 tahun berlalu, sejak pengembangan minuman dimulai (bulan Mei 1979), Harima & Takaichi mendatangi Akihiko. Akihiko melakukan uji coba dalam merasakan minuman yang dibuat Takaichi. Akihiko juga berpendapat bahwa minuman tersebut masih terasa pahit. Saat itu juga, seorang karyawan masuk ke ruangan Akihiko. Dia ingin Akihiko menguji minuman serbuk instan rasa jeruk yang sedang dikembangkannya. Akihiko berpendapat bahwa minuman tersebut masih jauh dari sempurna.
Lalu kemudian, Akihiko, melakukan uji coba dengan mencampurkan kedua minuman tersebut menjadi satu. Dan Akihiko mengatakan bahwa minuman yang seperti itulah yang enak untuk diminum. Berkat apa yang dilakukan Akihiko, pengembangan minuman kesehatan maju satu langkah.
Suatu malam, Takaichi membeli beberapa jenis jeruk dan mencampurnya dengan minuman kesehatan, lalu dicoba diminum. Dan akhirnya, Takaichi mendapatkan rasa yang pas dengan salah satu jenis jeruk untuk menutupi rasa pahit. Jenis buah tersebut merupakan rahasia perusahaan Otsuka Pharmaceutical sampai sekarang.
Takaichi semakin mendalami penelitiannya, hingga akhirnya berhasil membuat minuman dengan konsentrasi kadar gula dibawah 10%. Takaichi menyeleksi 2 jenis minuman untuk uji coba pada tahap akhir, masing – masing 6.2% dan 7.0%. Untuk memperoleh tanggapan yang obyektif, Harima menyuruh peneliti – peneliti lain untuk ikut mencobanya. Beberapa dari peneliti – peneliti tersebut beranggapan bahwa yang kadar gula 7% lebih enak untuk diminum.  Para peneliti menyukai yang manis secara mutlak. Namun Harima, punya suatu ide.
Beberapa hari kemudian, setelah uji coba di laboratorium, Harima mengajak peneliti bawahannya untuk mendaki gunung dalam kota Tokushima. Setibanya di puncak gunung, Harima menyuruh para peneliti untuk mencoba dua jenis minuman A (kadar gula 7%) & B (kadar gula 6.2%). Sebenarnya minuman ini sama dengan minuman yang dicoba di laboratorium beberapa waktu yang lalu. Para peneliti lebih menyukai minuman B. Saat berkeringat yang kadar gulanya lebih sedikit terasa lebih segar dan lebih enak. Dan karena ini minuman kesehatan, maka harus terasa enak diminum saat beraktivitas. Maka, Harima pun membawa minuman dengan kadar gula 6.2% tersebut untuk dicicipi Akihiko. Dan Akihikopun sependapat dengan Harima.
Lalu, suatu hari pada pertemuan rapat Direksi Otsuka Pharmaceutical, Akihiko menyuruh direktur yang hadir untuk mencoba minuman kesehatan yang dikembangkan bertiga bersama Harima dan Takaichi. Namun, direktur senior yang mempertahankan Otsuka Pharmaceutical, dalam rentang waktu yang panjang, memberi tanggapan negatif terhadap rasa minuman itu. Rapat direksipun menjadi ricuh. Lalu kemudian, Akihiko menyuruh para direktur untuk meminumnya setelah berkeringat agar mereka tahu hebatnya produk ini.
Yakin pada kepekaan dirinyadan Harima, Akihiko kemudian memutuskan untuk menjual minuman tersebut.Produknya diberi nama POCARI SWEAT. Kata POCARI yang memiliki kesan menyegarkan, dan kata SWEAT yang memiliki arti keringat.

Pada bulan April 1980, penjualan POCARI SWEAT dimulai. Karyawan marketing dan karyawan lainya mengunjungi toko – toko pengecer agar dipajang dilebih banyak tempat, walaupun masing – masing hanya 1 kaleng. Namun para pemilik toko menaggapi negatif POCARI SWEAT karena rasanya yang tidak enak. Untuk mencoba menawarkan secara langsung kepada konsumen, dibukalah kios diberbagai event dan menjualnya dengan harga Rp. 10.000,00. Tetapi reaksi konsumen yang meminum POCARI SWEAT sangat buruk sesuai yang dicemaskan direksi.
Saat itu, Presiden Direktur Akihiko mengeluarkan keputusan yang mengagetkan. Yaitu membagikan POCARI SWEAT secara gratis dan tidak terbatas. Para staf marketingpun mengkhawatirkan angka kerugian yang bakal didapat perusahaan. Namun, Akihiko tetap pada keyakinannya, yaitu jangan memikirkan kerugiannya untuk saat ini dan mensosialisasikan konsep produk secara tepat daripada menjual produknya. Dengan demikian, nantinya konsumen akan mengerti keunggulan POCARI SWEAT.
Pembagian POCARI SWEAT secara gratis dan besar – besaranpun dimulai di seluruh Jepang. Tanaka (Kepala Tim Marketing) menuju ke lapangan baseball anak-anak dan membagikan gratis POCARI SWEAT. Reaksi anak – anakpun positif. Tidak hanya membagikan secara gratis, namun Tanaka juga menjelaskan secara detail konsep POCARI SWEAT. Staf Marketing lainya, juga memberikan POCARI SWEAT pada orang yang baru selesai mandi dan orang – orang yang berkeringat saat berjalan. Reaksi merekapun mulai menyukai POCARI SWEAT. Saat itu juga, sedikit demi sedikit, POCARI SWEAT mulai populer.
Namun, kerugian pada perusahaan terus meningkat karena pembagian gratis POCARI SWEAT tersebut. Dengn keyakinannya yang kuat agar di masa depan perusahaanya memperoleh untung, dia tetap ingin membagikan gratis POCARI SWEAT sepanjang tahun tersebut. Akihiko berprinsip, “Kalau sekarang menebarkan benihnya, pasti akan berbuah banyak dikemudian hari”.
Satu tahun kemudian, pada tahun 1981, musim panas hampir tiba. Pada musim panas tahun kedua penjualan, tiba – tiba POCARI SWEAT mulai laris secara drastis. Denagn cara memberikan produk secara gratis, konsep dan rasa POCARI SWEAT telah dimengerti oleh para konsumen. Dan hasilnya, berbuah pada musim panas tahun kedua. Penjualan POCARI SWEAT melonjak 3x lipat dari tahun sebelumnya,yaitu mencapai Rp. 2.6 triliun.
Keyakinan Presiden Direktur Akihiko akhirnya berbuah.

sumber: http://pocarisweatindo.wordpress.com/

Ditulis Oleh

Mahasiswa psikologi dan blogger amatir yang sangat tertarik dengan web design, Seo, sistem operasi dan segala tentang teknologi. ada pertanyaan atau saran bisa hubungi penulis di https://twitter.com/arrief_hidayat

Silahkan berikan Komentar dan Saran anda demi kemajuan blog sederhana ini

 

© 2015 Di edit oleh Arief Seo. didesign Templateism.

Back To Top