TUGAS
KESEHATAN MENTAL
Kewenangan
Seragam Aparat Penegak Hukum

DISUSUN
OLEH
Arief
Hidayatullah
11512091
2PA07
A.
Pendahuluan
I. Pengertian Seragam
Seragam menurut arti kata Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sama
ragam, corak dan budaya -pakaian. Busana yang melekat yang disebut seragam
selalu menggambarkan identitas sosial individu tersebut seperti satpam, polisi,
TNI, pegawai negeri, dll.
Seragam adalah seperangkat pakaian standar yang dikenakan oleh anggota suatu organisasi/ instansi/ perusahaan, ketika beraktivitas
atau pun berpartisipasi pada saat melaksanakankegiatan yang diikutinya. Pakaian seragam pun merupakan salah satu
seperangkat simbol yang menjadi
identitas para pemakainya.
Pakaian seragam
kebanyakan dibuat dengan model yang berbeda untuk setiap Bidang pekerjaan,
Departement dan Jabatan. Pakaian seragam banyak disukai dengan model yang
lebih sederhana tapi memberikan kesan berwibawa, model seragam yang mempunyai
konsep, sehingga pas dan nyaman dipakainya, terbuat dari bahan yang
berkualitas, sehingga awet dan tahan lama dipergunakannya.
Ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa
tujuan memakai seragam adalah untuk membuat sesuatu yang berbeda menjadi sama.
Seperti arti kata seragam itu sendiri yaitu: sama dan sejenis. Dengan
“penyeragaman” ini akan menciptakan persamaan, kebersamaan, dan kesetaraan
sesama anggota kelompok, organisasi, klub, geng atau apapun istilahnya. Dengan
terciptanya kebersamaan ini, akan memudahkan kelompok dalam mengorganisir dan
menyusun strategi untuk mencapai tujuan atau target organisasi.
Pendapat kedua menyatakan sebaliknya, tujuan pemakaian
seragam justru untuk membuat sesuatu yang sama menjadi berbeda. Jika tidak
mengenakan seragam maka semua akan terlihat sama dan sulit untuk dibedakan.
Padahal membedakan itu sungguh perlu dan penting.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kita menemukan
perbedaan dan pertentangan, bahkan tidak jarang perbedaan itu berkembang
menjadi pertikaian yang panjang dan melelahkan. Padahal bukan tidak mungkin
kalau kita ternyata sedang “melihat sesuatu” yang sama, hanya soal lingkaran,
jarak, dan sudut pandang saja yang membuat “sesuatu” itu sungguh tampak sangat
berbeda.
II. Fungsi Seragam
Sеlаіn sebagai pakaian untuk bekerja, seragam kerja juga
memiliki banyak keuntungan уаng didapatakan bagi perusahaan / Instansi dаn
pemakainya. Seragam Kerja memiliki
fungsi sebagai jati diri dаn indentitas pemakainya dаn tempat dіа bekerja.Berikut
іnі beberapa manfaat dаrі penggunaan seragam kerja.
- Dеngаn
menggunakan seragam kerja dараt meningkatkan nilai profesional dari
institusi / lembaga / perusahaan terkait
- seragam
kerja sebagai alat identitas уаng menunjukan dimana seseorang іtu bekerja.
- Seragam
kerja dараt menghemat pekerja, dimana mеrеkа tіdаk perlu repot υntυk
membeli pakain υntυk bekerja.
- Seragam
kerja dараt meningkatkan rasa percaya diri pemakainya dеngаn seragam уаng
dikenakan.
- Seragam
kerja dapt meningkatkan rasa kebersamaan antara satu dengan lainnya ѕеhіnggа
kerja ѕаmа dаlаm menjalankan реkеrјааn dараt meningkat.
- Untuk
memudahkan dalam membedakan posisi dаn bagian pemakainya cаrі seragam уаng
dikenakan.
- Pemakai
аkаn lеbіh menjaga nama bаіk institusi / lembaga / perusahaan dеngаn
mengenakan seragam kerja.
B.
Pembahasan
Makna
Seragam Kerja
I. Ada Efek Psikologisnya
Rasa-rasanya, mengenakan seragam kerja itu
sudah bukan lagi dominasi pegawai negeri, sipil atau TNI.Pegawai swasta pun
bertambah banyak yang mengenakannya.Ada yang mau mengenakannya sejak dari
rumah. Tapi, tidak sedikit yang memasukkannya di tas kerja dulu, lalu
memakainya di toilet sebelum masuk kantor.
Pemikiran untuk mewajibkan seragam kerja
biasanya muncul dari berbagai alasan. Ada yang pragmatis saja, katakanlah
sebagai penanda identitas personal. Karena perusahaan sudah susah menghafal
orang satu persatu, maka salah satu cara untuk mengetahuinya dengan seragam.
Atau diwajibkan dengan alasan untuk identitas
profesi dan institusi, misalnya para jurnalis yang ditugaskan kantornya untuk
sebuah peliputan.Mereka butuh identitas.Lebih-lebih jika tugasnya di kawasan
yang tingkat kegawatannya tinggi.Seragam dinilai penting untuk membedakan
identitas profesi, institusi, dan eksistensi.
Mungkin juga untuk lebih cepat membangun trust
pihak lain. Kita bisa langsung lebih mudah percaya terhadap orang yang
datang ke rumah dengan memakai seragam petugas keamanan atau pegawai
departemen, misalnya begitu. Saking mudahnya membangun trust melalui seragam, banyak
penipu yang berhasil meloloskan idenya dengan menggunakan seragam.
Bagi perusahaan yang kurang memiliki
kepentingan langsung terhadap pentingnya menunjukkan identitas dan trust kepada
pihak luar, seragam kerja juga dipakai untuk penanda job title di
tingkat internal. Misalnya ada perusahaan yang membedakan seragam kerja untuk staff,
supervisor, dan manajer.
Terlepas apapun alasan perusahaan, tetapi
pada umumnya ada efek psikologis tertentu yang dirasakan karyawan dengan aturan
penggunaan seragam.
Seragam itu bisa membuat orang lebih pede,
tetapi juga bisa sebaliknya.Bisa membuat orang merasa bangga dengan statusnya,
tetapi juga bisa sebaliknya.
Karena itu, sebelum seragam kita wajibkan,
perlu dipikirkan secara seksama terutama terkait dengan sejauhmana seragam
kerja itu nantinya memberi kontribusi terhadap keutuhan identitas korps /
kesatuan, kepuasan kerja, peningkatan kinerja dan kepentingan perusahaan
terhadap pihak luar yang terkait.Jangan sampai malah membuat orang minder atau
merasa superior.
Contoh
Kasus
Berita 1


BANGKAPOS.COM, BANGKA - Maraknya oknum mengatasnamakan aparat kepolisian dan mengaku-ngaku sebagai anggota polisi akan ditindak tegas. Terlebih lagi, oknum tersebut, melakukan tindak kekerasan di masyarakat dan mengunakan seragam polisi. Maka sanksi yang akan diberikan akan lebih keras. Karena oknum tersebut, telah melakukan dua sampai tiga pelanggaran.
Kabid Humas Polda Babel, AKBP Djoko Purnomo seizin Kapolda Babel mengatakan belakangan ini, marak oknum masyarakat yang mengatasnamakan pejabat atau anggota kepolisian.
Tindakan itu, jelas merusak citra kepolisian yang saat ini, sedang dibangun.
"Apabila ada info atau kecurigaan adanya oknum.Segera melapor ke Polda Babel. Agar segera di proses lebih lanjut," ujar Djoko.
Diakui Djoko belakangan ini, masyarakat sempat dihebohkan oknum masyarakat yang mengaku anggota polisi.Bahkan modus seperti ini, sering digunakan tidak hanya di daerah Babel saja, tetapi juga di Kota besar.
"Untuk itu, masyarakat diimbau agar bersikap waspada dan segera melapor ke kepolisian terdekat.Apalagi ada oknum polisi yang mencoba melakukan pemerasan atau tindak kejahatan lainnya," imbuh Djoko.
Sebelumnya, beberapa waktu lalu, Kapolda Babel sudah memperingati masyarakat agar tidak menyalahgunakan seragam polisi.
"Tidak dipermasalahkan bila masyarakat menggunakan seragam aparat hukum.Asal jangan sampai menyalahgunakan seragam tersebut, karena hal ini akan menjurus pada pelanggaran hukum,” ucapnya.
Menurutnya, berbagai pakaian seragam aparat dengan mudah bisa didapat.Masyarakat bisa membeli barang tersebut dimana saja. Masyarakat juga senang dan bangga menggunakan berbagai jenis seragam tersebut. Namun, penyalahgunaan seragam oleh oknum-oknum tertentu yang bisa membuat resah masyarakat tentu tidak diperbolehkan.
"Kita bisa lihat masyarakat banyak yang senang dengan menggunakan seragam.Seperti pakaian yang bertuliskan polisi ataupun atribut-atribut penegak hukum.Hal ini tidak masalah asal hanya untuk digunakan.Bila dipakaikan dan disalahgunakan.Penyalahgunaan itulah yang bisa membuat dia dipidana,” ujar Jendral bintang satu ini.
Kapolda mengatakan tidak hanya oknum tertentu. Namun anggota kepolisian sendiri apabila menyalahgunakan tugas dan kewajiban juga tetap akan ditindak. Tetap akan diproses secara hukum tanpa membeda-medakan antara polisi dan masyarakat.


Berita 2
PUSPEN TNI (29/8) – Semakin maraknya
masyarakat yang menggunakan atau memanfaatkan seragam dan atribut TNI, yang
dilakukan secara perorangan maupun kelompok untuk kepentingan pribadi dan
kelompok. Kondisi ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan penyalahgunaan
pemakaian seragam dan atribut TNI yang pada akhirnya dapat mencemarkan citra
TNI.
Dalam
penertiban seragam dan atribut TNI perlu dipedomani Skep Panglima TNI No
Skep/346/X/2004 tanggal 5 Oktober 2004 Tentang
Pedoman Penggunaan Pakaian Dinas Seragam TNI.Adapun ketentuan-ketentuan
dalam TUM TNI dan seragam TNI diatur dalam ST Panglima TNI No ST/29/2005
tanggal 16 Februari 2005.Sedangkan penertiban penjualan stiker berlogo TNI pada
kendaraan non organik dijelaskan pada ST Kasum TNI No STR/803/2005 tanggal 14
Desember 2005.
Guna
mencegah terjadinya penyalahgunaan seragam dan atribut TNI dari orang atau
kelompok yang tidak berhak menggunakannya, maka satuan jajaran TNI hendaknya
melakukan penertiban seragam dan atribut TNI sebagaimana Surat Telegram
Panglima TNI No STR/509/2006 tanggal 1 Agustus 2006 yang berisi sebagai berikut
: Melakukan penertiban pemakaian seragam dan atribut TNI yang digunakan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara pribadi atau kelompok sebagai tindakan
antisipasi kegiatan yang dapat merugikan instansi TNI; Melakukan penertiban
pencatuman nama TNI dan logo TNI maupun logo yang mirip dengan logo TNI pada
yayasan/badan usaha/organisasi yang tidak memiliki ijin dari Panglima TNI;
Menindak tegas masyarakat secara pribadi maupun kelompok yang tidak berhak
memakai/menggunakan seragam dan atribut TNI; Koordinasi dengan instansi terkait
dalam pelaksanaannya.
II. False Group Think
Bagi yang sudah terlanjur menerapkan seragam
kerja, lebih-lebih sudah bertahun-tahun lamanya, efek psikologis yang perlu
kita bentengi adalah munculnya false group think. Ketika individu sudah
disatukan ke dalam satu korp, lama kelamaan akan melahirkan group think
model.
Namanya juga model, pasti ada yang tepat dan
ada yang tidak tepat (false). Malah kalau menurut hasil kajian psikologi
sosialnya, seperti yang banyak dipaparkan Janis Irvin (Social Psychology,
Danelson, 1987), yang namanya group think itu lebih banyak mengandung risk
& cautious (beresiko dan perlu dikhawatirkan).
Karena itu, istilah group think
mengacu pada corak pemikiran yang menyimpang (distorted style of thinking),
yang membuat grup menjadi lumpuh kapasitas rasionalnya sehingga menjadi tidak
efektif dan tidak produktif. Biasanya, kelumpuhan itu didukung oleh:
· Adanya
ilusi kekebalan sehingga membuat orang berani melanggar aturan orang lain
· Adanya
Ilusi kesalehan sehinga membuat orang merasa semakin punya banyak pembenar
(kebenaran-sendiri)
·
Adanya upaya memberi stigma orang / kelompok lain sebagai pihak yang lemah,
salah, dan semisalnya
·
Adanya de-individuasi yang membuat orang kurang jelas sikap, opini, dan
keputusan personalnya karena kalah oleh grup
Untuk konteks bahasan kita ini, mungkin bisa
dijelaskan misalnya jangan sampai seragam kerja memicu illusion of
confidence maupun grandiosity (merasa hebat) membuat orang arogan,
mendiskriminasikan orang lain tanpa alasan, merasa paling sah berbuat sesuatu
yang menganggu orang banyak, misalnya menutup jalan umum, menyepelekan pihak
lain, dan seterusnya.
Kesimpulan
Seragam
Polisi atau TNI yang dikenakan seseorang tentunya akan berdampak terhadap
penilaian prilaku , tempat bahkan kondisi serta cara menggunakan pakaian
(seragam polisi) yang dikenakan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa di balik
seragam Polisi terdapat kekuatan nilai hukum yang ada dan menjadi ciri
kepribadian yang mengenakannya.
Seragam Polisi atau TNI yang di pakai seseorang adalah simbol hukum yang berjalan yang dilihat dari aktifitas kesehariannya, tanpa terlalu dipengaruhi oleh tempat dimana pemakai seragam polisi itu berada, apakah di jalan raya, di terminal, di gang sempit, di pasar, di perkampungan, di perkotaan bahkan di tempat-tempat seperti tempat dugem diskotik, lokalisasi pelacuran dan tempat-tempat perjudian sekalipun.
Seragam Polisi atau TNI yang di pakai seseorang adalah simbol hukum yang berjalan yang dilihat dari aktifitas kesehariannya, tanpa terlalu dipengaruhi oleh tempat dimana pemakai seragam polisi itu berada, apakah di jalan raya, di terminal, di gang sempit, di pasar, di perkampungan, di perkotaan bahkan di tempat-tempat seperti tempat dugem diskotik, lokalisasi pelacuran dan tempat-tempat perjudian sekalipun.
Hukum
akan dianggap tegas, ketika masyarakat melihat ketegasan yang terpancar dari
seseorang yang berseragam Polisi atau TNI bertindak tegas terhadap pelanggaran
lalu lintas, ketegasan dalam mengatur arus lalu lintas di perempatan jalan.
Hukum dianggap objektif ketika masyarakat melihat kejujuran dan objektifitas
dalam rekruitmen anggota Polri maupun TNI.
Hukum dianggap berimbang ketika masyarakat melihat penegakan punishment bagi pelanggaran anggotanya dan konsistensi pemberian reward bagi masyarakat serta anggota yang berprestasi dalam pengabdiannya.
Hukum dianggap berimbang ketika masyarakat melihat penegakan punishment bagi pelanggaran anggotanya dan konsistensi pemberian reward bagi masyarakat serta anggota yang berprestasi dalam pengabdiannya.
Saran
Untuk mencegahnya, kita bisa membangun pemikiran dan kesadaran yang
semakin sehat mengenai hubungan antara seragam kerja dengan kualitas kinerja,
baik pribadi dan organisasi serta kontribusi nyata keberadaan organisasi
tersebut bagi masyarakat.Oleh karenanya, bukti positif harus diperlihatkan tidak sebatas
tulisan atau simbol di seragam, tapi lebih penting aksi nyata baik dalam bentuk
kualitas pelayanan, transparansi, hingga etika & integritas. Sehingga,
simbol, logo maupun mottoakan menjadi endorsement&reminder bagi
penggunanya.
Daftar
pustaka
http://www.e-psikologi.com/artikel/organisasi-industri/makna-seragam-kerja
Dwi, Atika. 2010. Aparat Negara dan Pekerjaannya.Jakarta:Gramedia.
Silahkan berikan Komentar dan Saran anda demi kemajuan blog sederhana ini